Minggu, 21 September 2008

Firdaus

Kita tinggal kenang duka
Tentang bumi penuh luka
Firdaus merah dari puing amarah
Terbakar perang dan kepongahan kita

Bagaimana kutangiskan tanah-tanah kerontang ini
Sedang suaraku yang kecil
Tak kuasa menjangkau langit
Tak jua punya arti
Dalam kerumunan manusia pemimpi

Bagaimana kutulis dalam puisi
Sedang segerombol penyair menangisi bumi ini

Kita tinggal kenang duka
Tentang hutan yang merana
Tentang bukit dan gunung yang tandus
Tentang laut dan sungai yang coklat
Tentang buah kebusukan kita sendiri

Kita tinggal kenang duka
Tentang firdaus merah
Yang bakal jadi neraka pada satu ketika

Dan kita Cuma bisa menangisi kebodohan
Yang dirangkai beradab
Sebuah mimpi indah yang lahirkan petaka

Entah untuk apa,
Tapi aku ingin berkata :
KINI SAATNYA TERJAGA !