Menggenapkan luka disela tawa
Dan menyandarkannya ke dinding paling sepi.
Aku telah menyodorkannya Lewat tatap,
Lewat sintuh dalam tabik
Bukan kuingin melemparkan dosa itu ke langit
Dan tak menyisakan sepotong kata
Untuk satu rasa.
Aku telah berulang menyebutnya,
Bahkan ketika dirimu tinggal bayang
Di dinding bisu
Bukan kuingin kata itu berlalu,
Mengukir sekian melankoli dalam sunyi.
Bukan seperti menakutkan terbitnya satu dosa,
Dan kobaran api cinta suci setelah huruhara di Alengka
(lalu aku membisikkan lirih sebuah elegi
Ke telingamu yang dilumat kemarahan cinta)
Kini waktu,di antara kita
Adalah penggalan-penggalan luka.
Dan ucap tentang rindu
Menapak di antara canda dan kepedihan
Maka aku mencoba menyebutnya, sekali lagi :
Getar itu ...
Masih sering mengguncang heningku
November 2002
AA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar