Kami bertemu lagi, kali ini lebih dewasa, makin bijaksana.
Kami bertutur tentang banyak hal, sedih, senang, harapan, mimpi dan pasrah.
Semua terceritakan dengan sempurna, tentu saja emosi disesuaikan dengan tema cerita.
Saat kami dipilih, kami tau dimana tempat kami.
Kami menjalani hidup apa adanya, melupakan tuntutan-tuntutan kami, karena kami hanya ingin bahagia.
Ya, hidup bagi kami hanya ada dua pilihan, dijalani dengan bahagia atau sedih.
Saat kami tak dilibatkan, kami tau menahan diri
Saat kami tak diakui, kami sadar posisi dan berdiam diri melupakan ketersinggungan kami.
Kalau ada yang ingin menjadi teman hidup kami, kami berterima kasih karena kami dipercaya untuk dititip-jagakan sebuah rasa. Bagi kami itu bukan cinta. Itu kepercayaan, karena cinta telah lama mati dalam kepercayaan kami.
Kalau ada yang tiba-tiba mati rasa dalam perjalanannya, maka kami mengamininya dengan bijak. Begitulah hidup, tidak berhenti, dan kesempurnaan hanya milik para pemimpi. Kami nyata.
Kalau sekarang kami sebijak ini, itu hasil kegagalan dimasa lalu.
Inilah kami, para perempuan senasib, yang bertarung hidup demi masa depan yang tak pernah pasti.
(Untuk para perempuan kuat : cici, nur, ulfa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar