Jumat, 13 November 2015

in my mind

Bangun pagi, kaku, tak bersemangat. Entahlah, aku malas bicara, walau sudah kucoba untuk biasa saja, tetap tak biasanya.
Masih lekat dalam ingatanku pembicaraan kita semalam.
"Nanti kau pulang sendiri ya" katamu saat kita mau ke rs, jenguk ade bayi yang baru lahir.
"Maksudnya ?" Tanyaku bingung
"Iya, aku harus nginap disana temani mereka, aku tak bisa seperti yang lainnya hanya datang kemudian pulang" jawabanmu membuat aku lemas.
"Aku akan disana hingga mereka keluar" lanjutmu membuatku mengerti
"Oke, duluan, nanti aku susul" jawabku dengan emosi tak karuan
"Kamu paham situasinya gak " nadamu, meminta dipahami
Aku tak ingin berdebat, tak ingin menjadi penghalang. Sekali lagi, TAK INGIN MENGHALANGI NIATMU !!!
aku sadar, aku orang yang datang kemudian dalam hidupmu.
Mereka sudah seperti keluarga bagimu, memberimu tumpangan, membantumu saat kesulitan,  merawatmu saat sakit. Mereka keluarga bagimu, begitu juga bagiku, sejak aku menjadi bagian darimu hampir setahun ini dan sejak aku mengenal mereka. Sepertimu yang merantau, bagiku, mereka juga adalah keluargaku, karena mereka baik, perhatian dan terutama karena mereka banyak membantumu, orang yang kusayang.
Aku tak bisa membantahmu, tak ingin memperpanjang masalah. Tapi aku punya pendapat sendiri soal itu.
Aku kaget saat kau bilang, ade bayinya sudah mau lahir. Aku spontan ingin kesana, aku membayangkan tak ada perempuan yg menunggu disana. Maka aku mandi dan mendahuluimu kesana, karena kau ngajar, aku mewakilimu, menggantikan  kehadiranmu. Aku berusaha maksimal membantu. Dan syukurlah, aku jadi penyaksi kelahiran bayi laki-laki itu. Aku senang melakukan itu, tulus, karena sekali lagi mereka sudah seperti keluarga buatku.
Aku tau perasaanmu, aku paham situasinya. Mereka dulu merawatmu karena kau sendirian. Tapi kini, setelah ada aku, aku menggantikan mereka. Maksimal aku padamu, walau banyak keterbatasanku.
Yang ku tau, kehadiranku meringankan tugas mereka merawatmu, menemani kesepianmu. Dan aku yakin, mereka senang mengetahui bahwa aku memperhatikanmu, aku memprioritaskanmu dari segalanya.
Dan bagiku, mereka akan mengerti, saat kau tak bisa berlama- lama disana, karena ini peristiwa kelahiran, bukan orang sakit. Dan di rumah sakit, banyak orang yang menjaga. Sementara disini, ditebing, aku sendirian.
Kalau orang sakit, maka aku akan memintamu untuk tinggal turut menjaga, karena orang sakit, tak bisa kita abai menjaga. Tapi ini peristiwa lahir. Bayinya perlu tidur, mamanya perlu tidur dan sudah pasti ayahnya butuh tidur atau istirahat setelah sejak pagi berharap-harap cemas di RS.
Dan disana, dalam kamar itu, semua anak-anak ada, turut menjaga. Ya, menjaga bayi mungil yang baru lahir.
Aku tak minta dijaga atau ditemani setiap saat. Hanya aku ingin dipahami juga, bahwa aku ada disini, bahwa aku sendiri saat kau disana menghabiskan malam dalam obrolan panjang.
Tak bisa kah sejenak kau berpikir, bahwa hari itu, aku dan juga kau sudah maksimal disana, sehingga saat kau tak begadang disana, mereka akan pahami.
Mereka mengerti bahwa kita, kau dan aku, punya kehidupan sendiri seperti mereka. Sebuah keluarga kecil.
Mereka, sebaik apapun padamu, tetap tak bisa sepanjang umur mengurusmu. Mereka punya kesibukan sendiri juga.
Aku, saat punya komitmen denganmu, percayalah, aku akan berusaha selalu ada untukmu. Sepanjang umurku, dengan seijinmu.
Tapi pembicaraan semalam, membuatku sadar, seberapa berartinya kehadiranku bagimu. Tak berarti apa-apa.....
Dan aku tak menginginkan apa-apa lagi dari hubungan ini.
Terima kasih telah menegaskan posisiku.

Tidak ada komentar: